Kabar Persyarikatan

Hilman Latief: Rancang Bangun Pemberdayaan Muhammadiyah Perlu Dioptimalkan

Jakarta – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief mengatakan bahwa derap pemberdayaan Muhammadiyah meski dilakukan sebagai bentuk pengabdian ataupun bukti keimanan yang fungsional, tetapi dalam merealisasikannya memerlukan objektifikasi berbentuk perancangan di atas kertas hingga penerapannya berhasil.

Pesan penting itu disampaikan Hilman pada Jumat (12/07/2024) dalam sesi kelas Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) Nasional I yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Di hadapan para kader Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) itu, Hilman Latief mengajak peserta untuk merefleksikan kembali gerakan pemberdayaan, mulai dari efektivitasnya, jangkauannya, sebaran luas manfaatnya, sampai dengan keberlanjutan program pemberdayaan yang dicanangkan.

“Kita sudah melakukan pemberdayaan, tapi apakah pernah mengukur capaian-capaian program yang dilaksanakan. Terlebih untuk mengukur keberlanjutan dan sebaran manfaat yang dirasakan,” kata Guru Besar Bidang Filantropi Islam ini seperti dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.

Hilman memandang, gerakan dakwah pemberdayaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah perlu memperhatikan rancang bangun. Hematnya selama ini gerakan tersebut dilakukan berdasarkan nilai-nilai imanen, tapi meminggirkan objektifikasi sisi pengukuran dan perhitungan matang.

“Dalam pemberdayaan harus bisa diukur, misalnya dua tahun ke depan atau tiga tahun untuk menentukan keberhasilan. Itu direncanakan di atas kertas, dan kemudian bisa dilakukan,” tuturnya. Dia memandang gerakan pemberdayaan seringkali tidak diperhitungkan secara matang untuk mencapai target yang diinginkan, bahkan mungkin jika dilakukan penilaian, acapkali gagal ketika masih ‘di atas kertas’. Kenyataan tersebut tidak hanya dialami oleh lembaga filantropi Islam di Indonesia saja.

Selain itu yang paling berat dalam gerakan filantropi Islam adalah mengenai keberlanjutan, baik itu keberlanjutan orangnya, keberhasilannya dan lain sebagainya. Dalam menentukan keberlanjutan gerakan filantropi ini seharusnya sudah matang dalam perencanaan.

Pemberdayaan berkelanjutan, kata Hilman, diharapkan memberikan manfaat dalam jangka waktu panjang kepada masyarakat penerima manfaat. Kemudian pada kesempatan berikutnya, mereka bisa semakin berdaya dan naik kelas dari penerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzakki).***

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button