Yogyakarta (18/11) – Pesan tersebut disampaikan ketua umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam pidato Milad Muhammadiyah ke 109 di Sportarium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (18/11). Dalam pidato yang disaksikan secara langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo, Haedar menyampaian makna tema milad tahun ini.
Pandemi yang belum juga berakhir menjadi fokus gerakan Muhammadiyah dalam dua tahun terakhir ini. Milad Muhammadiyah ke 109 tahun ini mengambil tema Optimis Hadapi Pandemi Covid-19: Menebar Nilai Utama. Maksud dari tema ini ialah, pertama, nilai ketauhidan dan kemanusiaan. Muhammadiyah memandang relasi ketauhidan dan kemanusiaan sebagai perwujudan kebaikan dalam kehidupan.
Kedua, nilai pemuliaan manusia. Pandemi mengajarkan kepada kita betapa berharga nyawa manusia. Nyawa manusia mesti dihargai dan tidak boleh disia-siakan. Dalam release kementerian kesehatan lebih dari 150 ribu nyawa rakyat Indonesia meninggal dalam dua tahun terakhir karena covid19. Tidak sedikit mereka yang meninggal dari kalangan petugas kesehatan yang bekerja paling depan dalam penanganan pandemi ini.
Ketiga, nilai persaudaraan dan kebersamaan. Pandemi mengajarkan bila kita tidak peduli dengan kondisi orang lain akan berakibat fatal untuk semua. Sikap bersaudara dan kebersaamaan menjadi kunci penanganan pandemi.
Kempat, nilai kasih sayang. nilai ihsan, ukhuwah, silaturahmi, dan ta‘āwun dalam wujud
kepedulian, empati, simpati, kerjasama, dan kebersamaan atas nasib sesama. Semakin tebal rasa ini maka akan semakin kuat ikatan persaudaran.
Kelima, nilai tengahan dan moderat. Di dalam diktum Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua antara lain
disebutkan, bahwa: “Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasaṭiyyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjungtinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.”.
Keenam, nilai kesungguhan berusaha. Seberat apapun masalah yang dihadapi jika semua komponen umat dan bangsa berkomitmen kuat, bersatu, dan melangkah bersama secara sungguh-sungguh maka akan terdapat jalan keluar dari kesulitan. Kuncinya ketulusan, kejujuran, keterpercayaan, kecerdasan, dan kebersamaan untuk selalu mencari solusi. Perbedaan setajam apa pun bila semua pihak mau berdialog dan mencari titik temu maka akan ada jalan pemecahan atas segala persoalan umat dan bangsa. Sebaliknya manakala saling menjauh, egoistik, tidak saling percaya, saling berebut, keras kepala, hianat, dan dusta bertumbuh di tubuh elite umat dan bangsa maka sulit menemukan jalan bersama menuju kemajuan umat dan bangsa.
Ketujuh, nilai keilmuan atau ilmiah, Pandemi ini meniscayakan pentingnya
manusia bersandar pada ilmu. Ilmu yang mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan.
Para ahli epidemiologi, ahli virus, kedokteran, dan para ilmuwan lainnya telah memberi
sumbangan berharga dalam memahami dan menghadapi virus Corona yang
mengguncang dunia selama dua tahun ini. Demikian halnya dengan ditemukannya vaksin yang memberikan salah satu jalan untuk memgatasi pandemi ini, meskipun bukan satusatunya jalan.
Kedelapan, nilai kemajuan, Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi yang berat ini secara teologis memandang kehidupan sebagai sesuatu yang luhur, berharga, dan bermakna. Memanami kehidupan dengan segala aspek dan siklusnya niscaya didekati dengan pandangan yang mendalam, luas, dan multiperspektif. Letakkanlah persoalan pandemi ini dalam dimensi iman, tauhid, dan ḥablun min Allāh yang terhubung langsung dengan ḥablun min al-nās, ilmu, ihsan, dan amal saleh yang bermakna. Pandangan keagamaan dan keilmuan niscaya holistik-integratif dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani yang lahir dari pandangan atau nilai-nilai kemajuan dalam ajaran Islam.
Di akhir pidatonya, Haedar Nashir berpesan kepada warga Muhammadiyah, melalui momentum Milad ke-109 tahun ini marilah seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan dan lingkungan kelembagaan sampai
jamaah untuk memantapkan diri agar tetap ikhlas dalam ber-Muhammadiyah,
berkomitmen tinggi, berkhidmat, bekerjasama dan menjalin kebersamaan, bekerja secara sistemik dan terorganisasi, menjadikan Persayarikatan unggul berkemajuan, serta memperluas gerak Muhammadiyah dalam memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Para pimpinan Persyarikatan dengan seluruh ortom, majelis, lembaga, PWM sampai Ranting serta amal usaha dan institusi lainnya harus terus gigih bekerja secara sungguh-sungguh dalam memajukan Muhammadiyah agar menjadi gerakan Islam yang makin besar, unggul, maju, dan jaya.