
Bandung – Emosi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena berperan besar dalam memengaruhi pikiran, perilaku, dan kondisi fisik seseorang.
Hal ini disampaikan Kaprodi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Rika Dwi Agustiningsih dalam paparannya di program GSM Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini mengenai pentingnya menumbuhkan emosi positif dalam perspektif Islam dan psikologi.
Menurut Rika, dalam kacamata psikologi, emosi didefinisikan sebagai keadaan perasaan yang kompleks yang mampu menimbulkan perubahan fisik maupun psikologis sehingga memengaruhi cara berpikir dan bertindak.
Oleh karena itu, emosi tidak bisa dipandang remeh, kata Rika, sebab ia berperan besar dalam menentukan arah kehidupan seseorang.
Lebih lanjut, ia menjelaskan teori broaden-and-build dari Barbara Fredrickson yang menyebutkan bahwa emosi positif seperti kegembiraan, cinta, kepuasan, rasa syukur, sabar, kasih sayang, dan optimisme dapat memperluas pola pikir dan tindakan sesaat seseorang. Hal ini kemudian membangun sumber daya pribadi jangka panjang, baik intelektual, sosial, maupun psikologis.
“Kalau emosi negatif itu cenderung mempersempit fokus karena merasa terancam, maka emosi positif justru memperluas pikiran sehingga lebih kreatif dan fleksibel,” ujar Rika.
Menurutnya, tidak heran bila emosi positif dapat menurunkan stres, memperkuat relasi sosial, dan meningkatkan kreativitas dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Dalam perspektif Islam, lanjut Rika, emosi positif juga memiliki posisi penting. Islam mengajarkan umatnya untuk mengelola perasaan dengan baik agar tercapai ketenangan jiwa.
Emosi positif seperti syukur, sabar, dan kasih sayang merupakan bagian dari ajaran Islam yang dapat menumbuhkan kesehatan mental sekaligus mendekatkan diri kepada Allah.
Ia menegaskan, Al-Quran telah menyinggung pentingnya menumbuhkan emosi positif dalam QS Ar-Ra’d ayat 28: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Menurut Rika, ayat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya ditentukan oleh kondisi lahiriah. Namun, juga oleh ketenangan spiritual yang lahir dari kedekatan dengan Allah SWT sebagai Sang Pencipta.
Rika menjelaskan bahwa fungsi utama emosi positif adalah menjaga keseimbangan mental dan spiritual. Dengan menumbuhkan emosi yang baik, seseorang dapat mencapai kebahagiaan hakiki, yakni ketenangan psikis sekaligus keridaan spiritual.
“Pada titik ini, ajaran Islam dan psikologi modern saling melengkapi dalam membangun kesehatan mental,” katanya.
Untuk menumbuhkan emosi positif, Rika menyarankan beberapa langkah sederhana. Misalnya saja melatih rasa syukur, bersabar dalam menghadapi ujian, menumbuhkan kasih sayang terhadap sesama, dan berpikir optimis.
“Kalau kita konsisten, itu akan menjadi bekal dalam membangun daya tahan mental sekaligus spiritual yang kuat,” tuturnya. Dengan begitu, emosi positif tidak hanya menjaga kesehatan jiwa, tetapi menjadi jalan menuju kebahagiaan sejati yang diridai Allah.***