Kabar Persyarikatan

Bioekonomi Sirkular, Kunci Bisnis Berkelanjutan di Masa Depan

Bandung – Dosen prodi Teknologi Pangan UM Bandung Saepul Adnan menyoroti pentingnya bioekonomi sirkular sebagai solusi dalam menciptakan bisnis berkelanjutan. Hal ini ia sampaikan dalam presentasi bertajuk ”Bioekonomi Sirkular: Peluang Bisnis Berkemajuan & Berkelanjutan di Era Modern” pada 25 Februari 2025 dalam program Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat.

Saepul menjelaskan bahwa sistem ekonomi saat ini masih didominasi oleh model linear yang menerapkan prinsip ”ambil-pakai-buang.” Model ini dinilai tidak berkelanjutan karena menghasilkan banyak limbah dan berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Sebagai alternatif, lanjut Adnan, konsep ekonomi sirkular diperkenalkan untuk memperpanjang siklus hidup produk, bahan baku, dan sumber daya agar dapat digunakan lebih lama.

”Prinsip ekonomi sirkular mencakup pengurangan limbah, pemanfaatan ulang produk dan material, kemudian regenerasi sistem alam. Model ini diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih luas, terutama bagi industri pangan dan sektor lainnya yang memiliki potensi besar dalam penerapannya,” ujar Adnan.

Lima sektor utama

Ia menyoroti lima sektor utama yang berpeluang besar mengadopsi ekonomi sirkular di Indonesia, yaitu perdagangan besar dan eceran, peralatan listrik dan elektronik, makanan dan minuman, tekstil, serta konstruksi. Kelima sektor ini mencakup hampir sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan mempekerjakan lebih dari 43 juta orang.

Dalam industri pengolahan ikan air tawar, Saepul menjelaskan bagaimana penerapan bioekonomi sirkular dapat memanfaatkan seluruh bagian ikan, seperti fillet, tulang, kulit, dan jeroan untuk menghasilkan produk bernilai tambah, seperti tepung tulang, minyak ikan, kolagen, hingga enzim. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi menciptakan peluang bisnis baru yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, doktor lulusan Institut Teknologi Bandung ini mengungkapkan bahwa kajian tentang Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia menunjukkan bahwa limbah pangan di Indonesia pada tahun 2000–2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun. Limbah terbesar berasal dari tahap konsumsi, terutama dari subsektor tanaman pangan seperti padi-padian dan hortikultura.

”Transisi menuju bioekonomi sirkular tidak bisa dilakukan sendiri oleh industri, melainkan membutuhkan dukungan dari kebijakan publik dan kolaborasi antar pelaku usaha. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat beralih dari material berbasis fosil menuju sistem ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tandas Adnan.

Menutup pemaparannya, Saepul mengutip firman Allah SWT dalam QS Al-A’raf ayat 56, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya.” Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengimplementasikan konsep bioekonomi sirkular demi keberlangsungan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa depan.***(FA)

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button