Kabar PersyarikatanKolom

Adab Berkendaraan dalam Islam

Oleh: Muhsin MK*

BERKENDARAAN, baik dengan kendaraan pribadi atau umum, merupakan aktivitas penting yang dilakukan banyak orang setiap hari. Aktivitas ini memungkinkan manusia untuk menjangkau tempat-tempat jauh yang tidak dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki, seperti orang yang bekerja di luar kota, daerah, atau bahkan luar negeri, yang menggunakan kendaraan untuk pergi pulang ke tempat kerja.

Berkendara memberikan banyak manfaat dalam kehidupan dan aktivitas manusia. Pertama, mempercepat perjalanan. Kedua, menghemat waktu dan tenaga. Ketiga, memungkinkan untuk mencapai lokasi yang lebih jauh.

Namun, ada beberapa faktor penghambat dalam berkendara. Pertama, kerusakan kendaraan, seperti mesin atau komponen lainnya. Kedua, ketidaktersediaan kendaraan yang mengganggu waktu dan pekerjaan. Ketiga, musibah yang tak terduga saat berkendara.

Selama berkendara, apapun jenis kendaraannya, penting untuk selalu memperhatikan adab yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Adab-adab tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, membaca basmallah (QS Hud: 41) dan berdoa

Berdoa sebelum berkendara merupakan cara untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Tuhan selama perjalanan. Dengan berdoa, kita juga menunjukkan rasa syukur atas kesempatan untuk melakukan perjalanan dan mengingatkan diri agar selalu berhati-hati. Selain itu, berdoa memberi ketenangan pikiran, membantu kita tetap fokus dan tenang di jalan.

“Allah Maha besar (3x). Mahasuci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di Hari Kiamat). Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan ketakwaan dalam perjalanan ini. Kami mohon perbuatan yang engkau ridai. Ya Allah, permudahlah perjalanan kami dan perpendek jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam perjalanan dan yang mengurusi keluarga-(ku). Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kepayahan dalam perjalanan, pemandangan yang menyedihkan, dan keadaan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga.” (HR Muslim).

Kedua, tidak menggangu orang atau makhluk lain

Penting untuk tidak mengganggu orang atau makhluk lain selama berkendara demi menjaga keselamatan bersama. Tindakan seperti mengemudi dengan ugal-ugalan atau tidak memberikan ruang kepada sesama pengguna jalan dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan menghormati hak orang lain di jalan, kita turut menciptakan lingkungan berkendara yang lebih aman dan harmonis.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman AS yang disebutkan dalam firman Allah SWT, “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut! semut masuklah ke dalam sarang sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa mendengar (perkataan) semut itu.” (QS An-Naml: 18-19).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa semut merasa khawatir makhluk sejenisnya akan mati terinjak oleh telapak kuda yang ditunggangi oleh Nabi Sulaiman AS beserta bala tentaranya. Karena Nabi Sulaiman AS memahami bahasa semut, dia segera menghentikan kudanya dan pasukannya. Beliau menunggu hingga semut-semut itu berlindung di sarangnya untuk menghindari bahaya, sehingga tidak ada yang terluka atau menjadi korban akibat terinjak.

Ketiga, persiapkan diri, bawa bekal, dan perlengkapan yang diperlukan

Persiapan diri sebelum berkendara sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama perjalanan. Membawa bekal yang cukup, seperti air minum dan makanan ringan, dapat menghindari rasa lapar dan dehidrasi saat di jalan. Selain itu, membawa perlengkapan yang diperlukan, seperti peta atau charger, membantu memastikan perjalanan tetap lancar dan tanpa hambatan.

Dalam hijrah Nabi Muhammad SAW juga benar-benar dipersiapkan bekal dan perlengkapan saat di kendaraan atau dalam perjalanan. Hal ini disebutkan dalam hadis dari Aisyah RA sebagai berikut.

“Lalu kami mempersiapkan untuknya (Nabi Muhammad SAW) bekal dengan cepat dan sigap. Kami buatkan untuk keduanya (Nabi dan Abu Bakar) sufrah (tempat membawa makanan untuk musafir) dalam jirab (bejana tempat menaruh perbekalan). Kemudian Asma binti Abu Bakar memotong ikat pinggangnya dan mengikatkan ke bejana tersebut. Dari situlah dia dinamai dzatun nithaq (yang memiliki ikat pinggang).” (HR Bukhari).

Keempat, memilih kendaraan yang aman

Selain memastikan keamanan, penting juga untuk memilih kendaraan yang dapat memberikan perlindungan maksimal selama perjalanan. Kendaraan yang tepat tidak hanya melindungi penumpang, tetapi memperhatikan keselamatan makhluk lain, termasuk hewan. Dengan demikian, berkendara menjadi lebih bertanggung jawab dan menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan.

Sebagaimana kapal besar Nabi Nuh AS sebagai contoh kendaraan yang aman dan memberikan perlindungan dan keselamatan pada para penumpangnya. Disebutkan dalam firman Allah SWT.

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa.” (QS Asy-Syuara 119-120).”

Kelima, memperhatikan rambu rambu lalu lintas

Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW, “Apabila kalian berjalan jauh dan melewati daerah yang subur, maka berikanlah kepada unta akan haknya di daerah tersebut. Dan apabila (kalian) lewat di daerah yang tandus, maka percepat perjalanan dan segeralah sebelum kekuatannya melemah. Dan apabila (kalian) singgah pada malam hari, hindarilah singgah (singgah) di jalanan karena dia adalah jalan bagi kendaraan dan tempat bagi binatang berbisa pada waktu malam.” (HR Muslim).

Berkendara memerlukan persiapan yang matang untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama perjalanan. Penting untuk selalu berdoa, tidak mengganggu makhluk lain, dan membawa bekal serta perlengkapan yang diperlukan agar perjalanan berjalan lancar.

Selain itu, memilih kendaraan yang aman dan memperhatikan rambu-rambu lalu lintas juga sangat penting demi menciptakan perjalanan yang aman dan harmonis. Dengan demikian, berkendara menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga keselamatan diri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

*Aktivis Muhammadiyah dan pegiat sosial

Tampilkan Lebih Banyak

mpijabar

Akun dari MPI Jawa Barat 2015-2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button